Tuesday 6 May 2008

Afatul Lisan

1. PERINTAH BERKATA BAIK


Kemampuan berbicara adalah salah satu kelebihan yang Allah berikan kepada
manusia, untuk berkomunikasi dan menyampaikan keinginan-keinginannya dengan
sesama manusia. Ungkapan yang keluar dari mulut manusia bisa berupa ucapan
baik, buruk, keji, dsb.


Agar kemampuan berbicara yang menjadi salah satu ciri manusia ini menjadi
bermakna dan bernilai ibadah, Allah SWT menyerukan umat manusia untuk berkata
baik dan menghindari perkataan buruk. Allah SWT berfirman :



“Dan katakan kepada hamba-hamba-Ku. “Hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang lebih baik (benar) sesungguhnya syaitan itu menimbulkan
perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata
bagi manusia.” QS. 17: 53


”Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan
bantahlah mereka dengan cara yang baik…” QS. 16:125



Rasulullah SAW bersabda :



“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia
berkata baik atau diam.”
HR. Muttafaq alaih



“ Takutlah pada neraka, walau dengan sebiji kurma. Jika kamu tidak punya
maka dengan ucapan yang baik “
Muttafaq alaih



“Ucapan yang baik adalah sedekah” HR. Muslim.


2. KEUTAMAAN DIAM


Bahaya yang ditimbulkan oleh mulut manusia sangat besar, dan tidak ada yang
dapat menahannya kecuali diam. Oleh karena itu dalam agama kita dapatkan
anjuran diam dan perintah pengendalian bicara. Sabda Nabi:



“ Barang siapa yang mampu menjamin kepadaku antara dua kumisnya (kumis dan
jenggot), dan antara dua pahanya, saya jamin dia masuk sorga” HR. Al Bukhariy


“Tidak akan istiqamah iman seorang hamba sehingga istiqamah hatinya. Dan
tidak akan istiqamah hati seseorang sehingga istiqamah lisannya” HR Ahmad


Ketika Rasulullah ditanya tentang perbuatan yang menyebabkan masuk surga,
Rasul menjawab : “Bertaqwa kepada Allah dan akhlaq mulia”. Dan ketika
ditanya tentang penyebab masuk neraka, Rasul menjawab : “dua lubang, yaitu
mulut dan kemaluan” HR. At Tirmidziy



Rasulullah SAW bersabda : “Barang siapa yang bisa menjaga mulutnya,
Allah akan tutupi keburukannya”
HR. Abu Nuaim.


Ibnu Mas'ud berkata : “Tidak ada sesuatupun yang perlu lebih lama aku
penjarakan dari pada mulutku sendiri”


Abu Darda berkata : “Perlakukan telinga dan mulutmu dengan obyektif.
Sesungguhnya diciptakan dua telinga dan satu mulut, agar kamu lebih banyak
mendengar dari pada berbicara.


3. MACAM-MACAM AFATUL-LISAN, PENYEBAB DAN TERAPINYA


Ucapan yang keluar dari mulut kita dapat dikategorikan dalam empat kelompok :
murni membahayakan, ada bahaya dan manfaat, tidak membahayakan dan tidak
menguntungkan, dan murni menguntungkan.


Ucapan yang murni membahayakan maka harus dijauhi, begitu juga yang
mengandung bahaya dan manfaat. Sedangkan ucapan yang tidak ada untung ruginya
maka itu adalah tindakan sia-sia, merugikan. Tinggallah yang keempat yaitu
ucapan yang menguntungkan.


Berikut ini akan kita bahas afatul lisan dari yang paling tersembunyi sampai
yang paling berbahaya. Ada dua puluh macam bahaya lisan, yaitu:



1. Berbicara sesuatu yang tidak perlu

Rasulullah SAW bersabda : “Di antara ciri kesempurnaan Islam seseorang
adalah ketika ia mampu meninggalkan sesuatu yang tidak ia perlukan”
HR At
Tirmidziy


Ucapan yang tidak perlu adalah ucapan yang seandainya anda diam tidak
berdosa, dan tidak akan membahayakan diri maupun orang lain. Seperti menanyakan
sesuatu yang tidak diperlukan. Contoh pertanyaan ke orang lain “apakah anda
puasa, jika dijawab YA, membuat orang itu riya, jika dijawab TIDAK padahal ia
puasa, maka dusta, jika diam tidak dijawab, dianggap tidak menghormati penanya.
Jika menghindari pertanyaan itu dengan mengalihkan pembicaraan maka menyusahkan
orang lain mencari – cari bahan, dst.


Penyakit ini disebabkan oleh keinginan kuat untuk mengetahui segala sesuatu.
Atau basa-basi untuk menunjukkan perhatian dan kecintaan, atau sekedar mengisi
waktu dengan cerita-cerita yang tidak berguna. Perbuatan ini termasuk dalam
perbuatan tercela.


Terapinya adalah dengan menyadarkan bahwa waktu adalah modal yang paling
berharga. Jika tidak dipergunakan secara efektif maka akan merugikan diri
sendiri. selanjutnya menyadari bahwa setiap kata yang keluar dari mulut akan
dimintai pertanggung jawabannya. ucapan yang keluar bisa menjadi tangga ke sorga
atau jaring jebakan ke neraka. Secara aplikatif kita coba melatih diri
senantiasa diam dari hal-hal yang tidak diperlukan.



2. Fudhulul-Kalam ( Berlebihan dalam berbicara)

Perbuatan ini dikategorikan sebagai perbuatan tercela. Ia mencakup
pembicaraan yang tidak berguna, atau bicara sesuatu yang berguna namun melebihi
kebutuhan yang secukupnya. Seperti sesuatu yang cukup dikatakan dengan satu
kata, tetapi disampaikan dengan dua kata, maka kata yang kedua ini “fudhul
(kelebihan). Firman Allah : “Tidak ada kebaikan pada kebanyakan
bisikan-bisikan mereka kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh
bersedekah, berbuat ma'ruf, atau perdamaian di antara manusia
” QS.4:114.


Rasulullah SAW bersabda : “Beruntunglah orang yang dapat menahan
kelebihan bicaranya, dan menginfakkan kelebihan hartanya
“ HR. Al
Baghawiy.


Ibrahim At Taymiy berkata : Seorang mukmin ketika hendak berbicara, ia
berfikir dahulu, jika bermanfaat dia ucapkan, dan jika tidak maka tidak
diucapkan. Sedangkan orang fajir (durhaka) sesungguhnya lisannya mengalir saja


Berkata Yazid ibn Abi Hubaib :”Di antara fitnah orang alim adalah ketika
ia lebih senang berbicara daripada mendengarkan. Jika orang lain sudah cukup
berbicara, maka mendengarkan adalah keselamatan, dan dalam berbicara ada
polesan, tambahan dan pengurangan.


3. Al Khaudhu fil bathil (Melibatkan diri dalam
pembicaraan yang batil)

Pembicaraan yang batil adalah pembicaraan ma'siyat, seperti menceritakan
tentang perempuan, perkumpulan selebritis, dsb, yang tidak terbilang jumlahnya.
Pembicaraan seperti ini adalah perbuatan haram, yang akan membuat pelakunya
binasa. Rasulullah SAW bersabda :



“Sesungguhnya ada seseorang yang berbicara dengan ucapan yang Allah murkai,
ia tidak menduga akibatnya, lalu Allah catat itu dalam murka Allah hingga hari
kiamat” HR Ibn Majah.


“ Orang yang paling banyak dosanya di hari kiamat adalah orang yang paling
banyak terlibat dalam pembicaraan batil” HR Ibnu Abiddunya.



Allah SWT menceritakan penghuni neraka. Ketika ditanya penyebabnya, mereka
menjawab: “ …dan adalah kami membicarakan yang batil bersama dengan
orang-orang yang membicarakannya”
QS. 74:45


Terhadap orang-orang yang memperolok-olokkan Al Qur'an, Allah SWT
memperingatkan orang-orang beriman :”…maka janganlah kamu duduk beserta
mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena sesungguhnya
(kalau kamu berbuat demikian) tentulah kamu serupa dengan mereka.”
QS.
4:140



4. Al Jidal (Berbantahan dan Perdebatan)



Perdebatan yang tercela adalah usaha menjatuhkan orang lain dengan menyerang
dan mencela pembicaraannya, menganggapnya bodoh dan tidak akurat. Biasanya orang
yang diserang merasa tidak suka, dan penyerang ingin menunjukkan kesalahan orang
lain agar terlihat kelebihan dirinya.


Hal ini biasanya disebabkan oleh taraffu' (rasa tinggi hati)
karena kelebihan dan ilmunya, dengan menyerang kekurangan orang lain.


Rasulullah SAW bersabda : “Tidak akan tersesat suatu kaum setelah mereka
mendapatkan hidayah Allah, kecuali mereka melakukan perdebatan”
HR. At
Tirmidziy


Imam Malik bin Anas berkata : “Perdebatan akan mengeraskan hati dan
mewariskan kekesalan”



5. Al Khusumah (pertengkaran)

Jika orang yang berdebat menyerang pendapat orang lain untuk menjatuhkan
lawan dan mengangkat kelebihan dirinya. Maka al khusumah adalah
sikap ingin menang dalam berbicara (ngotot) untuk memperoleh hak atau harta
orang lain, yang bukan haknya. Sikap ini bisa merupakan reaksi atas orang lain,
bisa juga dilakukan dari awal berbicara.


Aisyah ra berkata, Rasulullah SAW bersabda : “Sesungguhnya orang yang
paling dibenci Allah adalah orang yang bermusuhan dan suka bertengkar
” HR.
Al Bukhariy



6. Taqa'ur fil-kalam (menekan ucapan)

Taqa'ur fil-kalam maksudnya adalah menfasih-fasihkan ucapan dengan mamaksakan
diri bersyaja' dan menekan-nekan suara, atau penggunaan kata-kata asing.
Rasulullah SAW bersabda:



“Sesungguhnya orang yang paling aku benci dan paling jauh dariku di hari
kiamat, adalah orang-orang yang buruk akhlaknya di antara kamu, yaitu orang yang
banyak bicara, menekan-nekan suara, dan menfasih-fasihkan kata”.
HR. Ahmad


Tidak termasuk dalam hal ini adalah ungkapan para khatib dalam memberikan
nasehat, selama tidak berlebihan atau penggunaan kata-kata asing yang membuat
pendengar tidak memahaminya. Sebab tujuan utama dari khutbah adalah menggugah
hati, dan merangsang pendengar untuk sadar. Di sinilah dibutuhkan bentuk-bentuk
kata yang menyentuh.



7. Berkata keji, jorok dan caci maki

Berkata keji, jorok adalah pengungkapan sesuatu yang dianggap jorok/tabu
dengan ungkapan vulgar, misalnya hal-hal yang berkaitan dengn seksual, dsb. Hal
ini termasuk perbuatan tercela yang dilarang agama. Nabi bersabda :



“Jauhilah perbuatan keji. Karena sesungguhnya Allah tidak suka sesuatu yang
keji dan perbuatan keji
” dalam riwayat lain :”Surga itu haram bagi
setiap orang yang keji
”. HR. Ibnu Hibban


Orang mukmin bukanlah orang yang suka menghujat, mengutuk, berkata keji
dan jorok
” HR. At Tirmidziy.


Ada seorang A'rabiy (pedalaman) meminta wasiat kepada Nabi :
Sabda Nabi : “Bertaqwalah kepada Allah, jika ada orang yang mencela
kekuranganmu, maka jangan kau balas dengan mencela kekurangannya. Maka dosanya
ada padanya dan pahalanya ada padamu. Dan janganlah kamu mencaci maki siapapun.
Kata
A'rabiy tadi : “Sejak itu saya tidak pernah lagi mencaci maki orang”.
HR. Ahmad.



“Termasuk dalam dosa besar adalah mencaci maki orang tua sendiri” Para
sahabat bertanya : “Bagaimana seseorang mencaci maki orang tua sendiri
? Jawab Nabi: “Dia mencaci maki orang tua orang lain, lalu orang itu
berbalik mencaci maki orang tuanya
”. HR. Ahmad.


Perkataan keji dan jorok disebabkan oleh kondisi jiwa yang kotor, yang
menyakiti orang lain, atau karena kebiasaan diri akibat pergaulan dengan
orang-orang fasik (penuh dosa) atau orang-orang durhaka lainnya.



8. La'nat (kutukan)

Penyebab munculnya kutukan pada sesama manusia biasanya adalah satu dari tiga
sifat berikut ini, yaitu : kufur, bid'ah dan fasik. Dan tingkatan kutukannya
adalah sebagai berikut :



  1. Kutukan dengan menggunakan sifat umum, seperti : semoga Allah mengutuk
    orang kafir, ahli bid'ah dan orang-orang fasik.

  2. Kutukan dengan sifat yang lebih khusus, seperti: semoga kutukan Allah
    ditimpakan kepada kaum Yahudi, Nasrani dan Majusi, dsb.

  3. Kutukan kepada orang tertentu, seperti : si fulan la'natullah. Hal ini
    sangat berbahaya kecuali kepada orang-orang tertentu yang telah Allah
    berikan kutukan seperti Fir'aun, Abu Lahab, dsb. Dan orang-orang selain
    yang Allah tentukan itu masih memiliki kemungkinan lain.


Kutukan yang ditujukan kepada binatang, benda mati , atau orang tertentu
yang tidak Allah tentukan kutukannya, maka itu adalah perbuatan tercela yang
haus dijauhi. Sabda Nabi :



“ Orang beriman bukanlah orang yang suka mengutuk” HR At Tirmidziy


“Janganlah kamu saling mengutuk dengan kutukan Allah, murka-Nya maupun
jahanam” HR. At Tirmidziy.


“Sesungguhnya orang-orang yang saling mengutuk tidak akan mendapatkan
syafaat dan menjadi saksi di hari kiamat” HR. Muslim


9. Ghina' (nyanyian) dan Syi'r (syair


Syair adalah ungkapan yang jika baik isinya maka baik nilainya, dan jika
buruk isinya buruk pula nilainya. Hanya saja tajarrud (
menfokuskan diri) untuk hanya bersyair adalah perbuatan tercela. Rasulullah SAW
bersabda :



“Sesungguhnya memenuhi rongga dengan nanah, lebih baik dari pada
memenuhinya dengan syair” HR Muslim.
Said Hawa mengarahkan hadits ini pada
syair-syair yang bermuatan buruk.


Bersyair secara umum bukanlah perbuatan terlarang jika di dalamnya tidak
terdapat ungkapan yang buruk. Buktinya Rasulullah pernah memerintahkan Hassan
bin Tsabit untuk bersyair melawan syairnya orang kafir.



10. Al Mazah (Sendau gurau)

Secara umum mazah adalah perbuatan tercela yang dilarang agama,
kecuali sebagian kecil saja yang diperbolehkan. Sebab dalam gurauan sering kali
terdapat kebohongan, atau pembodohan teman. Gurauan yang diperbolehkan adalah
gurauan yang baik, tidak berdusta/berbohong, tidak menyakiti orang lain, tidak
berlebihan dan tidak menjadi kebiasaan. Seperti gurauan Nabi dengan istri dan
para sahabatnya.


Kebiasaan bergurau akan membawa seseorang pada perbuatan yang kurang berguna.
Disamping itu kebiasaan ini akan menurunkan kewibawaan.



Umar bin Khatthab berkata : “Barang siapa yang banyak bercanda, maka ia
akan diremehkan/dianggap hina”.


Said ibn al Ash berkata kepada anaknya : “Wahai anakku, janganlah bercanda
dengan orang mulia, maka ia akan dendam kepadamu, jangan pula bercanda dengan
bawahan maka nanti akan melawanmu”



11. As Sukhriyyah (Ejekan) dan Istihza'( cemoohan)


Sukhriyyah
berarti meremehkan orang lain dengan mengingatkan
aib/kekurangannya untuk ditertawakan, baik dengan cerita lisan atau peragaan di
hadapannya. Jika dilakukan tidak di hadapan orang yang bersangkutan disebut ghibah
(bergunjing).


Perbuatan ini terlarang dalam agama. Firman Allah :



“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengolok-olok kaum yang lain
(karena) boleh jadi mereka yang diolok-olok lebih baik dari mereka yang
mengolok-olok dan janganlah pula wanita-wanita mengolok-olok wanita lain
(karena) boleh jadi wanita-wanita yang diolok-olok itu lebih baik dari yang
mengolok-olok “ QS. 49:11



Muadz bin Jabal ra. berkata : Nabi Muhammad SAW bersabda : “ Barang
siapa yang mencela dosa saudaranya yang telah bertaubat, maka ia tidak akan mati
sebelum melakukannya”
HR. At Tirmidziy



12. Menyebarkan rahasia

Menyebarkan rahasia adalah perbuatan terlarang. Karena ia akan mengecewakan
orang lain, meremehkan hak sahabat dan orang yang dikenali. Rasulullah SAW
bersabda :



“Sesungguhnya orang yang paling buruk tempatnya di hari kiamat, adalah
orang laki-laki yang telah menggauli istrinya, kemudian ia ceritakan
rahasianya”. HR. Muslim



13. Janji palsu

Mulut sering kali cepat berjanji, kemudian hati mengoreksi dan memutuskan
tidak memenuhi janji itu. Sikap ini menjadi pertanda kemunafikan seseorang.


Firman Allah : “Wahai orang-orang beriman tepatilah janji…” QS
5:1


Pujian Allah SWT pada Nabi Ismail as: “Sesungguhnya ia adalah seorang
yang benar janjinya..”
QS 19:54


Rasulullah SAW bersabda : “ada tiga hal yang jika ada pada seseorang
maka dia adalah munafiq, meskipun puasa, shalat, dan mengaku muslim. Jika
berbicara dusta, jika berjanji ingkar, dan jika dipercaya khiyanat”

Muttafaq alaih dari Abu Hurairah



14. Bohong dalam berbicara dan bersumpah

Berbohong dalam hal ini adalah dosa yang paling buruk dan cacat yang paling
busuk. Rasulullah SAW bersabda :



“Sesungguhnya berbohong akan menyeret orang untuk curang. Dan kecurangan
akan menyeret orang ke neraka. Dan sesungguhnya seseorang yang berbohong akan
terus berbohong hingga ia dicatat di sisi Allah sebagai pembohong” Muttafaq
alaih.


“Ada tiga golongan yang Allah tidak akan menegur dan memandangnya di hari
kiamat, yaitu : orang yang membangkit-bangkit pemberian, orang yang menjual
dagangannya dengan sumpah palsu, dan orang yang memanjangkan kain sarungnya”
HR Muslim.


“Celaka orang berbicara dusta untuk ditertawakan orang, celaka dia, celaka
dia” HR Abu Dawud dan At Tirmidziy




15. Ghibah (Bergunjing)



Ghibah adalah perbuatan tercela yang dilarang agama. Rasulullah pernah
bertanya kepada para sahabat tentang arti ghibah. Jawab para sahabat: ”Hanya
Allah dan Rasul-Nya yang mengetahui”. Sabda Nabi: “ghibah adalah
menceritakan sesuatu dari saudaramu, yang jika ia mendengarnya ia tidak
menyukainya.” Para sahabat bertanya : “Jika yang diceritakan itu memang ada?
Jawab Nabi : ”Jika memang ada itulah ghibah, jika tidak ada maka kamu telah
mengada-ada” HR Muslim.


Al Qur'an menyebut perbuatan ini sebagai memakan daging saudara sendiri (QS.
49:12)


Ghibah bisa terjadi dengan berbagai macam cara, tidak hanya ucapan, bisa juga
tulisan, peragaan. dsb.


Hal-hal yang mendorong terjadinya ghibah adalah hal-hal berikut ini :



  1. Melampiaskan kekesalan/kemarahan

  2. Menyenangkan teman atau partisipasi bicara/cerita

  3. Merasa akan dikritik atau dcela orang lain, sehingga orang yang dianggap
    hendak mencela itu jatuh lebih dahulu.

  4. Membersihkan diri dari keterikatan tertentu

  5. Keinginan untuk bergaya dan berbangga, dengan mencela lainnya

  6. Hasad/iri dengan orang lain

  7. Bercanda dan bergurau, sekedar mengisi waktu

  8. Menghina dan meremehkan orang lain


Terapi ghibah sebagaimana terapi penyakit akhlak lainnya yaitu dengan ilmu
dan amal.


Secara umum ilmu yang menyadarkan bahwa ghibah itu berhadapan dengan murka
Allah. Kemudian mencari sebab apa yang mendorongnya melakukan itu. Sebab pada
umumnya penyakit itu akan mudah sembuh dengan meotong penyebabnya.


Menceritakan kekurangan orang lain dapat dibenarkan jika terdapat alasan
berikut ini:



  1. Mengadukan kezaliman orang lain kepada qadhi

  2. Meminta bantuan untuk merubah kemunkaran

  3. Meminta fatwa,seperti yang dilakukan istri Abu Sufyan pada Nabi.

  4. Memperingatkan kaum muslimin atas keburukan seseorang

  5. Orang yang dikenali dengan julukan buruknya, seperti al a'raj (pincang),
    dst.

  6. Orang yang diceritakan aibnya, melakukan itu dengan terang-terangan
    (mujahir)



Hal-hal penting yang harus dilakukan seseorang yang telah berbuat ghibah
adalah :



  1. Menyesali perbuatan ghibahnya itu

  2. Bertaubat, tidak akan mengualnginya lagi

  3. Meminta maaf/dihalalkan dari orang yang digunjingkan



16. Namimah (adu domba)



Namimah adalah menyampaika pembicaraan seseorang kepada orang lai



17. Perkataan yang berlidah dua


18. Menyanjung


19. Kurang cermat dalam berbicara (asal bunyi)


20. Melibatkan diri secara bodoh pada beberapa
pengetahuan dan pertanyaan yang menyulitkan


Versi Cetak | Kirim ke rekan

No comments: