Tuesday, 6 May 2008

Cermin Diri

KH Rahmat Abdullah
Orang-orangbijak pernah berpesan "Ma halaka ‘amru-un arafa Qadra nafsihi"
(Tak akan celaka orang yang kenal harkat dirinya). Telah banyak orang binasa
karena terlalu tinggi memasang harga diatas realita dirinya. Banyak yang lenyap
dari peredaran karena terlalu murah menghargai dirinya – dengan waham ‘tawadhu’
atau perasaan tidak mampu dan tidak punya apa-apa. Selebihnya adalah jenis orang
yang berjalan dalam tidur atau tidur sambil berjalan. Tepatnya pengigau berat.
Ia tak pernah bisa menyadari dimana posisinya, apa yang terjadi di sekitarnya
dan apa bahaya yang mengancam ummatnya.


Dalam kaitan sistem, baik
ormas, partai atau pemerintahan kerap terjebak dalam wa-ham-waham kekuasaan ;
berbahasa dan bertindak dengan pendekatan kekuasaan. Mereka yang ‘berkuasa’
merasa percaya diri, hanya karena secara de jure punya otoritas atas
wilayah territorial, wilayah problematika dan wilayah sumber daya manusia. Bahwa
wilayah ruhaniyah dan wilayah fikriyah tak dapat ditundukkan begitu saja oleh
senjata, uang dan kedudukan, kerap luput dari renungan. Entah karena inikah
ketika ALLAH mengaitkan keselamatan dunia dengan keberadaan Ulu Baqiyah (orang-orang
yang potensial dipertahankan keberadaannya) dan mengemban misi ‘mencegah
kerusakan di muka bumi’
, justeru pada saat yang sama mereka yang
(berbakat) zalim terus saja mengikuti kecenderungan hedonik mereka dan karenanya
mereka menjadi durhaka (Qs. 10;116).


Ghurur

Hal terberat yang kau hadapi bukan keraguan, kebencian dan permusuhan orang yang
tak mengenalmu. Sekeras apapun hati mereka, kekuatan Hidayah dapat menundukkan
mereka kepada kebenaran da’wahmu, dengan idzin-Nya. Bila itu pun tidak, engkau
tak akan dipersalahkan, karena tataranmu dakwah dan tataran-Nya hidayah. Cobaan
berat, justru pada percaya diri yang tidak proporsional. Engkau nikmati benar
sanjungan orang terhadap dirimu atau jamaahmu, padahal engkau sendiri jauh dari
kepatutan itu. Malang nasibmu wahai orang yang percaya kepada kejahilan orang
yang menyanjungmu, sedangkan engkau sangat terang melihat kekurangan dirimu.
Mentalitas Qarun tersimpul dalam satu kalimat "Hadza Li" (Semua
ini karyaku, karena aku, milikku).


Ketika arogansi
mendominasi hubungan ‘yang adi daya’ dengan ‘yang tak berdaya’, maka
yang pertama harus membayar ongkos yang sangat mahal ; dari antipati sampai
kutukan mereka yang tak berdaya. Berat menyadarkan orang yang otaknya berjelaga,
egois dan hanya melihat apa yang mereka anggap hak, tanpa kesadaran seimbang
akan kewajiban. Kepada mereka Imam Syafii menegaskan :



Bila engkau mendekatiku,
mendekat pula cintaku

Jika engkau menjauh, aku kan lebih jauh darimu

Dalam hidup masing-masing kita

Tak bergantung dengan saudara

Dan kita lebih tidak bergantung lagi bila tamat usia



Orang yang mentah fikiran
selalu mengandalkan sanjungan kosong, tak berbasis pada prestasi, atau mungkin
mereka berprestasi, namun menganggap itu sebagai hal besar yang memungkinkan
mereka memonopoli kebajikan. "Mereka membangkit-bangkit keislaman mereka
(sebagai jasa) kepadamu. Katakan : ‘Janganlah kalian bangkit-bangkitkan
kepadaku keislamanmu, akan tetapi ALLAH lah yang telah memberi karunia besar
dengan membimbing kalian kepada Iman…"
(Qs. 49:17)


Sebelum bubarnya Uni
Sovyet, ada dua spesies yang sangat dibenci rakyat ; 1. Partai Komunis, 2. etnik
Rus. Yang pertama dibenci karena selalu ingin campur dalam segala urusan orang.
Dari urusan menteri, tentara, pegawai negeri, isteri pegawai, anak pegawai
sampai mimpi-mimpi rakyat. Yang kedua tak tahu diri sebagai mayoritas, bagaikan
truk besar yang berlari kencang, anginnya mementalkan kendaraan-kendaraan kecil
di tepi jalan.


Cermati bagaimana karakter
kekuasaan itu tumbuh. Banyak orang yang berkuasa mengabaikan pengenalan
wilayah-wilayah kekuasaan dengan segala karakternya. Pemerintah yang mempunyai
otoritas memulainya dengan 3 wilayah : 1. Wilayah ardliyah (teritorial), 2.
Wilayah insaniyah (kemanusiaan, SDM, rakyat), 3. Wilayah masailiyah
(problematika). Dengan ketiga otoritas ini mereka dapat menggusur tanah rakyat,
membagi HPH, menaikkan pajak, tarif, UMR, memainkan money politik, mencetak uang
untuk kepentingan partai, membunuh karakter lawan politik dan memenjarakan
mereka. Berapa lama mereka dapat berkuasa dengan tiga pilar ini ? Entahlah, yang
jelas telah bertumbangan begitu banyak rezim dengan begitu banyak dana, senjata
dan tentara. Mereka melupakan 2 wilayah yang sebenarnya pagi-pagi harus sudah
dikuasai, bahkan sebelum mereka menguasai wilayah-wilayah lainnya. Jauh sebelum
Rasulullah SAW hijrah ke Madinah, rumah-rumah disana sudah menaungi begitu
banyak muslim.


Pada penghujung era
Makkiyah, baiah Aqabah II telah menyuratkan pesan yang begitu kuat. "Kami
siap melindungi Rasulu’Llah SAW, sebagaimana kami melindungi anak-anak dan
isteri-isteri kami".
Madinah telah dikukuhkan menjadi bumi Islam
sebelum para Muhajir berangkat kesana. Rasulullah sudah ditunggu dengan segala
kerinduan, sebelum mereka melihat wajahnya. Da’wah Qur-an telah mengakar dalam
wilayah ruhaniyah dan wilayah fikriyah mereka, dua wilayah yang pada saatnya
melahirkan energi besar, mengalahkan semua penguasa yang hanya berpuas diri
dengan tiga wilayah yang serba refleks, fenomenal dan efektif untuk waktu
singkat.



Wahan

Tak kalah beratnya beban mental orang yang sama sekali tak mampu memberikan
kontribusi. Ia sendiri tak mampu membantu dirinya sendiri, bahkan dengan sekedar
percaya dan menyadari bahwa dirinya dapat berperan. Paradigma "La syai-a
indi"
(Saya tak punya apa-apa), telah banyak merugikan ummat. Dari sini
orang berbuat, dari kontra produktif sampai amoral. Ia tak merasa ada kaitan
sepak-terjangnya dengan lingkungannya. Ia mampu melumuri citranya – sama
seperti mereka yang over pede – tanpa cemas hal itu akan berdampak
luas, bagi diri, keluarga dan lingkungannya. Mereka banyak memubadzirkan umur
dan hidup tanpa program. Rendah diri dan karenanya tak jarang merawat hasad,
dengki dan khianat.


Mereka dapat tampil dalam
figur seorang alim, publik figur dan apa saja yang ‘mulia’, namun
mengabaikan berkah amal jama’i, karena merasa ‘tak sebodoh’
komunitasnya atau lupa bahwa dirinya (dapat menjadi) besar di tengah mereka.
Terkadang batas antara orang yang berlebihan percaya diri dengan yang sangat tak
percaya diri, begitu sulit dibedakan. Kritik pedas bisa datang dari mereka yang
gagal melaksanakan apa yang dikritiknya. Atau yang tak cukup punya keberanian
berargumentasi karena kurang pedenya.


Marilah berjabat tangan,
ayunkah langkah dengan yakin dan lengkapi kekurangan diri dengan kelebihan
saudara atau sebaliknya menopang kelemahan mereka dengan kekuatan diri yang
ALLAH amanahkan. Banyak orang bingung mencari lahan kerja dan lahan kerja Da’wah
tak pernah tutup.



Dimana posisimu ?

Mungkin beberapa kalangan akan keberatan bila kukatakan engkau telah menyulam
halaman da’wah di negeri ini dengan benang emas dan menyemaikan benih-benih
berkah di lahan tandus, sehingga berubah menjadi ladang-ladang subur masa depan.
Pohon keadilan, buah kemakmuran, bunga kesetaraan, ranah kesetiaan dan rumah
kasih sayang. Bukan tujuanmu menciptakan iri. Ada yang begitu geram ketika
hamba-hamba ALLAH perempuan keluar dari setiap gang dan kampus dengan jilbab
mereka yang anggun dan IP mereka yang cemerleng. 20 tahun yang lalu harus keluar
dari sekolah negeri yang dibangun dengan uang pajak mereka sendiri. Ya,
kebangkitan memang bukan hanya sisi ini, namun banyak kebaikan tersimpulkan pada
aspek ini. Intinya ; Perubahan.


Dan hari ini puncak gunung
es itu telah memperlihatkan dinamika besar kebangkitan, shahwah yang
penuh berkah. Tauhid adalah sistem konstruksi terpadu yang meletakkan segalanya
tepat pada tempat, peran dan kepatutannya. Intelektual adalah sistem pengapianmu
yang tak pernah padam. Kader-kader yang selalu ikhlas berkorban adalah roda yang
siap menjelajah medan-medan berat. Keulamaan adalah sistem kendali-mu yang tahu
kapan harus berbelok, menanjak, menurun dan menerobos hutan belantara, padang
tandus serta bebatuan. Yang tak bergaransi ialah kondisi jalan, bahkan sekali
pun dengan rute yang jelas dan lurus, kendaraan yang teruji, kru yang jujur,
pakar dan sabar.


Dari semua setting ini, tentukanlah dimana
posisimu ; penonton yang mencari hiburan, penunggu yang tak punya empati, atau
pengharap kegagalan karena ada yang tak sejalan dengan persepsi mereka. Atau
penuntun dan pengikut dengan pengenalan sistem navigasi yang akurat dan
keyakinan yang mantap, bahwa laut tetap bergelom-bang dan di seberang ada pantai
harapan.[]

No comments: