Wednesday 7 May 2008

Ruhaniyyaat Al-Halaqah

Oleh : Musyaffa' Ahmad Rahim, Lc.

Mungkin judul ini terasa aneh. Sebab, biasanya, ruhâniyyât, atau spiritualitas, terkait dengan individu, dan tidak dikaitkan dengan kelompok, group, halaqah, klub pengajian dan semacamnya.

Kesan individualitas spiritual itu bisa jadi karena dua hal, yaitu :
# Adanya doktrin yang menekankan bahwa agama, termasuk di dalamnya masalah spiritualitas, adalah sesuatu yang bersifat private (pribadi).
# Bahwa spiritualitas itu memiliki hubungan erat dengan ibadah, dan ibadah "sudah kadung (terlanjur)" difahami sebagai tanggung jawab pribadi. Wallâhu a'lâm.

Sebenarnya, masalah ruhâniyyât atau spiritualitas, dalam Al-Qur'ân Al-Karîm, sering sekali dibahasakan secara jamâ`î (kolektif), hal ini tampak jelas misalnya dalam surat Al-Fâtihah. Bahasa yang dipergunakan adalah bahasa jama` (plural), misalnya: iyyâka na`budu wa iyyâka nastaîn, ihdinâ al-shirâth al-mustaqîm (hanya kepada-Mu - ya Allah - kami mengabdi, dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan. Tunjukkanlah kami ke jalan yang lurus).

Ruhâniyyât halaqah atau dan semacamnya memiliki kedudukan sangat penting, sebab, jika hal ini hilang, maka halaqah atau akan menjadi kering dan kehilangan keberkahannya. Akibat selanjutnya sangat banyak dan beragam, diantaranya adalah hayawiyyah (dinamika), efektifitas dan produktiftas halaqah atau menjadi kerdil atau mandul.

Lalu, seperti apakah ruhâniyyât halaqah ini?

Ada banyak dalil yang menjelaskan hal ini, diantaranya adalah dua hadits nabi Muhammad SAW yang akan kita bahas ini, yaitu:

Pertama:

Rasulullah SAW bersabda:

Dari Abu Hurairah -radhiyallahu `anhu- ia berkata: "Rasulullah SAW bersabda: '. dan tidak ada satu kaum yang berkumpul di salah satu rumah Allah, mereka membaca kitab Allah, dan melakukan kajian terhadapnya diantara sesama mereka, kecuali akan turun kepada mereka sakinah, mereka akan diliputi rahmat, majlis mereka akan dikelilingi para malaikat dan Allah SWT menyebut mereka di tengah orang-orang yang ada di sisi-Nya .'" (Hadits shahîh diriwayatkan oleh Imam Muslim).

Ruhâniyyât yang harus dipenuhi adalah:
# Sekelompok orang berkumpul (halaqah, klub dan semacamnya)
# Berkumpul di salah satu rumah Allah (masjid, mushalla, langgar, surau dan semacamnya).
# Tilawah Al-Qur'ân (membaca Al-Qur'ân).
# Melakukan kajian terhadap Al-Qur'ân.

Jika keempat hal ruhâniyyât ini terpenuhi, maka akan membawa dampak (keberkahan) sebagai berikut:
# Sakînah (ketenangan, ketenteraman) akan turun kepada mereka.
# Rahmat Allah SWT akan turun kepada mereka, bahkan menyelimuti dan memenuhi majlis mereka.
# Majlis mereka akan dikelilingi oleh para malaikat.
# Nama-nama mereka akan disebut-sebut di sisi Allah SWT.

Kita perlu introspeksi, adakah selama ini kita merasakan dampak (baca: keberkahan-keberkahan) seperti ini?

Jika ya, alhamdulillâh. Jika tidak, maka kita perlu mengaca diri, adakah empat syarat yang disebutkan oleh hadits nabi di atas ada pada halaqah atau kita?

Kalaulah syarat masjid belum bisa kita penuhi pada setiap liqâât kita, maka, setidaknya, setiap pekan ada majlis ilmu di masjid yang mesti kita hadiri, agar dalam pekan itu, kita mendapatkan keberkahan-keberkahannya. Atau minimal, kita tidak kehilangan tiga (3) syarat lainnya.

Atau, hilangnya dampak (baca: keberkahan) halaqah atau kita disebabkan oleh agenda yang ada dalam setiap liqâât kita, dimana pada agenda-agenda kita tidak ada lagi suasana tilawah (kecuali sekedar pembuka, atau "sambil menunggu" yang belum hadir), tidak ada lagi suasana kajian terhadap kitab Allah?! Dan sudah sudah didominasi oleh suasana lain?! Marilah kita berintrospeksi!

Kedua:

Rasulullah SAW bersabda:

Dari Abû Umâmah Al-Bâhilî -radhiyallâhu `anhu- ia berkata: Di sisi Rasulullah SAW disebutlah dua orang; salah satunya seorang ahli ibadah, dan seorang lagi seorang `âlim, lalu Rasulullah SAW bersabda: "Kelebihan seorang `âlim atas seorang ahli ibadah adalah seperti kelebihan saya atas orang paling rendah di antara kalian", kemudian Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya Allah SWT, para malaikat-Nya, seluruh penghuni langit dan bumi, termasuk semut di dalam lubangnya, dan ikan di lautan, semuanya membacakan shalawat untuk pengajar kebajikan kepada manusia". (H.R. Al-Tirmidzî, dan ia berkata: "Ini adalah hadits hasan gharîb shahîh)[1].

Ruhâniyyât yang harus dipenuhi oleh hadits ini adalah:
# Berilmu (`âlim). Tentunya, yang dimaksud ilmu di sini adalah ilmu-ilmu yang diwariskan Rasulullah SAW, yaitu ilmu al-kitâb (Al-Qur'ân) dan al-hikmah (sunnah Rasulullah SAW), dan tentunya, termasuk segala ilmu yang bersumber kepada dua ilmu warisan Rasulullah SAW.
# Mengajar, sebagaimana peran yang dulu dilakukan Rasulullah SAW.
# Yang diajarkan adalah segala kebajikan, baik kebajikan duniawi, apa lagi ukhrawi.

Dampak (baca: keberkahan) yang terjadi adalah:
# Allah SWT membacakan shalawat untuknya.
# Para malaikat membacakan shalawat untuknya.
# Termasuk seluruh penghuni langit dan bumi.
# Termasuk semut yang ada di dalam lubangnya.
# Termasuk ikan yang ada di dalam lautan.

Jika selama ini kita tidak (belum) merasakan semua keberkahan ini, bisa jadi karena suasana ilmiah tidak terjadi di dalam halaqah kita.

Semoga kita semua segera bisa membenahi suasana halaqah kita, agar segala keberkahannya bisa kita dapatkan, amin.

Oleh : Musyaffa' Ahmad Rahim, Lc.

No comments: