Tuesday 6 May 2008

Syur'atul Istijabah (Responsif)

Respon yang cepat

Kesetiaan seorang pekerja kepada atasannya diukur dengan
kecepatannya melaksanakan perintah dan menjauhi larangan atasan tersebut.
Demikian juga dalam hubungan interaksi seorang manusia dengan Allah Azza Wa
Jalla. Dalam hubungannya dengan Allah seorang muslim bagaikan seorang pekerja
terhadap Tuannya. Bahkan Allah melebihi Tuan mana pun di permukaan bumi ini, Dia
memberikan fasilitas kepada hamba-Nya dengan berbagai kenikmatan hidup yang
tidak dapat dibalas dengan harga semahal apapun. Karena itu, sebagai hamba,
manusia yang beriman kepada Allah wajib sesegera mungkin merespon apa saja yang
Allah perintahkan sekuat kemampuannya. Manakala ia dilarang atau diharamkan
terhadap sesuatu maka dengan cepat dia harus .menghentikannya. Sikap demikian
itu disebut “Syur’atul Istijabah” (Respon yang cepat).

Respon yang tinggi dan cepat dari seorang muslim terhadap
perintah dan laranganNya ini merupakan buah keimanannya kepada Allah, Malaikat,
Kitab, dan Rasul-rasul-Nya. Keimanan yang benar dan mendalam merupakan modal
utama dari “istijabah”, sebagaimana dinyatakan di dalam Al Qur-anul
Karim,

Rasul telah beriman kepada al-Qur'an yang diturunkan kepadanya
dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada
Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka
mengatakan):"Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang
lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan, "Kami dengar dan
kami ta'at". (Mereka berdoa):"Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada
Engkaulah tempat kembali". (QS. 2:Al Baqarah: 285)

Sikap “sam’an wa thoatan” (mendengar dan taat)
merupakan tuntutan iman. Dengan kata lain, iman seseorang tidak dapat dianggap
benar dan lurus sebelum melahirkan sikap ini dalam kehidupan sehari-hari. Iman
sejati membawa orang beriman pada perjanjian yang mengikat dengan Allah untuk
melaksanakan syariat-Nya dimuka bumi. Sebagai contoh, ayat dalam Surat Al
Baqarah di atas, sebelumnya didahului dengan firman Allah ayat 284 yang membuat
para sahabat Nabi menangis ketika ayat tersebut diturunkan. Pasalnya, dalam ayat
tersebut Allah menyatakan bahwa Dia akan menghisab amal manusia baik yang tampak
maupun tersembunyi dan Dia akan mengampuni atau mengazab manusia sesuai dengan
kehendak-Nya,

Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan di bumi.
Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu
menyembunyikannya, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang
perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni siapa yang dikehendaki-Nya dan menyiksa
siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS. 2.Al
Baqarah :284

Para sahabat Nabi menangis membaca ayat ini karena merasa betapa
jiwa mereka tidak memiliki kemampuan untuk senantiasa bersih dari noda dan dosa.
Namun di sisi lain mereka siap menerima ketentuan Allah dalam ayat ini. Lantaran
itu mereka bertanya kepada Nabi Muhammad dan mendapat jawaban dengan turunnya
ayat 285-286. Allah memuji kesiapan mereka untuk mendengar dan taat karena
keimanan mereka kepada Allah yang memiliki langit dan bumi.


Ketika seorang muslim bersyahadat, sebagai perwujudan keimanan
kepada Allah dan Rasul-Nya dia melakukan jual beli dengan Allah. Dia sebagai
pihak penjual dan Allah sebagai Pembeli. Syahadat kita adalah bai’ah
yang wajib direalisasikan dalam hidup keseharian. Seorang pedagang yang baik
tidak akan memberikan barang dagangan yang buruk, palsu atau pun rendah
kualitasnya. Apalagi pembelinya adalah Allah Azza Wa Jalla yang memberikan harga
yang mahal yaitu syurga. Firman Allah

Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu'min, diri
dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada
jalan Allah, lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang
benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan al-Qur'an. Dan siapakah yang lebih
menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli
yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar. (QS. 9:111)

Karena harga tinggi (surga) yang diberikan Allah inilah
maka orang-orang beriman bersegera memberikan yang terbaik dalam hidupnya. Dalam
hal ini kualitas tertinggi dari pencapaian iman seseorang adalah kesediaan
memberikan nyawa di jalan Allah. Karena itu dinyatakan bahwa mereka siap
berperang membunuh atau terbunuh. Atas janji yang demikian Allah menuntut
orang-orang beriman untuk senantiasa memiliki komitmen terhadap perjanjian ini.

Dan ingatlah karunia Allah kepadamu dan perjanjian-Nya yang
telah diikat-Nya dengan kamu, ketika kamu mengatakan :"Kami dengar dan kami
ta'ati". Dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
isi hati(mu). (QS. 5. Al Maaidah:7)

Pelajaran Dari Al Qur-an dan Sunnah

Al Quranul Karim dipenuhi ibroh dari kehidupan
orang-orang beriman di masa lalu. Kisah-kisah dalam Kitabullah bukan hanya
sekedar cerita tetapi merupakan contoh teladan dan pelajaran yang penting bagi
setiap insan beriman untuk meningkatkan kualitas imannya kepada Allah. Salah
satu kisah yang populer dalam menunjukkan syuratul istijabah suatu kaum
di masa lalu adalah kisah para hawariy yang merupakan sahabat dekat Nabi
Isa Alaihis Salam. Mereka memiliki kepekaan yang tinggi dalam memberikan reaksi
terhadap peristiwa yang terjadi pada masyarakatnya. Manakala Bani Israil
mengingkari Kerasulannya, Nabi Isa segera bertanya kepada para hawariy.
Mereka segera pula memberikan jawaban yang menunjukkan kesiapan bekerjasama
dengan pemimpinnya.

Maka tatkala Isa mengetahui keingkaran mereka (Bani Israil)
berkatalah dia:"Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk (menegakkan
agama) Allah" Para hawariyyin (sahabat-sahabat setia)
menjawab:"Kamilah penolong-penolong (agama) Allah. Kami beriman kepada
Allah; dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berserah
diri. (QS. 3:52)

Nyata sekali bahwa iman kepada Allah dan penyerahan diri kepada
syariat-Nya menjadikan para hawariy mempunyai kepekaan yang tinggi untuk
segera merespon seruan dari pemimpin mereka. Selain itu syuratul istijabah
menunjukkan pemahaman yang mendalam kepada wahyu yang diturunkan, mengikuti
petunjuk Rasul, dan mempunyai semangat serta cita-cita yang tinggi. Perhatikan
kelanjutan ayat berikut ini

Ya Tuhan kami, kami telah beriman kepada apa yang telah Engkau
turunkan dan telah kami ikuti rasul, karena itu masukkanlah kami ke dalam
golongan orang-orang yang menjadi saksi (tentang keesaan Allah)". (QS. 3.
Ali Imraan:53)

Dalam kisah hidup Nabi Muhammad Shollallahu Alaihi Wa Sallam
kita juga menemukan kecepatan reaksi para sahabat Rasulullah ketika mereka
menerima seruan Nabi. Hal ini karena mereka ingin mengikuti keteladanan para hawariy
Isa dalam menolong agama Allah,

Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong-penolong
(agama) Allah sebagaimana Isa putera Maryam telah berkata kepada
pengikut-pengikutnya yang setia:"Siapakah yang akan menjadi
penolong-penolongku (untuk menegakkan agama) Allah?". Pengikut-pengikut
yang setia itu berkata:"Kamilah penolong penolong agama Allah!", lalu
segolongan dari Bani Israil beriman dan segolongan (yang lain) kafir; maka Kami
berikan kekuatan kepada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka,
lalu mereka menjadi orang-orang yang menang. (QS. 61. As Shof:14)

Kecepatan merespon perintah pemimpin sangat penting dalam
gerakan dakwah Islam. Ini dicontohkan sahabat, Diriwayatkan dari Anas bin Malik
r.a katanya: Ketika ayat ini diturunkan:

(Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suara
kamu melebihi suara Nabi). Hingga ke akhir ayat 2 surat al-Hujurat. Tsabit bin
Qais sedang duduk di rumahnya dan berkata: "Aku ini termasuk ahli Neraka!"
Beliau bersembunyi dari Nabi Muhammad Shollallahu Alaihi Wa Sallam sehingga
beliau bertanya kepada Saad bin Muaz, “Wahai Abu Amru, bagaimanakah keadaan
Tsabit ? Adakah dia sakit ? “ Sa’ad menjawab, “Keadaannya seperti biasa
dan aku tidak mendengar berita yang menyatakan dia sakit”. Lalu Saad pun
menziarahinya dan memberitahu kepadanya tentang percakapan beliau dengan
Rasulullah. Tsabit berkata, “Ayat ini diturunkan, sedangkan kamu semua
mengetahui bahwa aku adalah orang yang paling nyaring suaranya, melebihi suara
Rasulullah. Kalau begitu aku ini termasuk ahli Neraka. Maka Sa’ad menceritakan
hal itu kepada Rasulullah Shollallahu Alaihi Wa Sallam. Maka Rasulullah
Shollallahu Alaihi Wa Sallam pun bersabda,”Bahkan dia termasuk dari kalangan
ahli Surga *

Hai orang-orang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul
apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, dan
ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya, dan
sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan. (QS. 8:24)

Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru
kepada iman, (yaitu):"Berimanlah kamu kepada Tuhanmu"; maka kamipun
beriman. Ya Tuhan kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari
kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang
berbakti. (QS. 3:193)